Jumat, 15 April 2011

opini untuk arifinto

SELAMAT TINGGAL ARIFINTO

Tingkah pola anggota dewan yang ‘terhormat’ sungguh menjadikan dewan justru tidak terhormat, tapi ‘pengkhianat’. Bagaimana tidak, banyak kasus yang mendera anggotanya yang katanya mewakili aspirasi rakyat. Mulai dari kasus korupsi (sepertinya ini yang paling heboh dan justru yang terbanyak), sistem kerjanya molor, tidur waktu sidang, bolos tapi tanda tangan penuh, kedapatan main perempuan, hingga pemenuhan kebutuhan yang tidak semestinya (meminta laptop, perbaikan rumah dinas mewah, hingga pembangunan gedung mewah). Untuk apa? malahan Kejadian memalukan yang terakhir adalah ditemukannya anggota dewan yang sedang main aipad dengan membuka file video mesum saat sidang paripurna lagi yang sesungguhnya harus didengar dan di perhatikan betul-betul guna untuk memajukan masyarakatnya. Sungguh suatu perbuatan-perbuatan yang mengingkari rakyat yang diwakili. Memang, media massa baik cetak maupun elektronik beberapa kali memergoki ulah anggota dewan saat sidang. Ada yang tidur, membaca koran atau otak-atik handphone. Akhir pekan lalu itulah anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Arifinto dari komisi V. Pria kelahiran 23 Juni 1961 ini mengatakan apa yang terjadi sudah takdir. Inilah yang bias ia katakana, Terpergok melihat video porno di tengah sidang paripurna. Ini jelas menambah contoh buruk anggota dewan bagi masyarakat. “Apakah wajar menjadi seorang anggota dewan yang sepatutnya menyampaikan aspirasi rakyat?”
Mungkin si Arifinto sedang apes pada hari Jumat 8 April 2011 lalu. Keisengannya di tengah sidang berujung pada maraknya hujatan pada dirinya. Hal ini memberi pelajaran kepada anggota dewan, sebagai sosok-sosok yang selalu mendapat sorotan publik agar menjaga tingkah lakunya. Dan, ini menunjukkan terganggunya moral dan etika anggota dewan itu. Padahal sudah seharusnya anggota dewan itu harus bermoral dan beretika. Kalau tidak mau menjaga moral dan etika ya jangan jadi anggota DPR.
Orang-orang yang duduk di kursi parlemen bukan sekadar manusia biasa. Karena itu, tidak tepat jika membela diri dengan mengatakan “anggota DPR juga manusia”. Bisa jadi anggota DPR itu karena mereka dipilih oleh rakyat. Jadi, tetap saja mereka ini manusia pilihan. Maka, yang seperti ini harus cepat ditindak, kalau tidak nanti jadi kebiasaan, Parahnya nanti ditiru oleh masyarakat, apalagi oleh anak-anak yang menjadi penerus Bangsa dan Negara. Dan jika Arifinto tidak mengundurkan diri dari dewan memang sudah sepatutnya dia dikeluarkan secara tidak hormat. Oleh karena itu, kasus-kasus anggota DPR di atas harus diberi sanksi yang tegas, jangan sampai masyarakat mendapat pendidikan etika politik yang bobrok dari anggota dewan “terhormat”. 
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar