Senin, 26 Maret 2012

Siapakah Lelaki Misterius Di Opera Van Java?



Siapakah Lelaki Misterius Di Opera Van Java?
Orang misterius ini tiba-tiba menjadi terkenal di televisi, dan banyak orang mengaku-aku sebagai teman, keluarga atau ada hubungan lain dengannya. Demi uang satu juta, mereka rela mengaku-aku mempunyai hubungan dengannya, padahal jelas-jelas orang ini misterius dan tidak diketahui dengan jelas identitas dan keberadaannya. Siapakah dia?
Namanya Pak Bambang – tapi bukan Om Mimbar “Bambang” Saputro, anggota Wikimu yang pegawai perusahaan minyak asing itu (maaf, Om jadi kebawa-bawa, neh) – tokoh rekaan di kuis Ramadan Warung Opera Van Java, sebuah acara komedi yang sedang naik daun di stasiun televisi Trans 7. Entah siapa yang memulai – mungkin Sule, atau Aziz Gagap – yang memperkenalkan nama ini, hingga sekarang nama Pak Bambang selalu disebut-sebut dan menjadi pra syarat bagi pemirsa yang ingin ikutan menjawab pertanyaan di kuis itu. Dengan pilihan jawaban yang memang dimudahkan, seorang penebak bisa dengan mudah mendapatkan uang satu juta rupiah setelah berhasil menelepon, dan menyebutkan dengan cepat pertanyaan dari Sule, Azis atau Andre Stinky: Anda apanya Pak Bambang?

Opera Van Java dan Styrofoam
Ilustrasi di atas adalah sebagian dari scene program televisi ber-genre komedi situasi Opera Van Java milik stasiun televisi Trans 7. Acara ini disiarkan setiap malam, kecuali Sabtu malam, jam 8 malam, dan di bulan puasa ditambah dengan jam siaran menemani pemirsa makan sahur. Acara berbentuk pertunjukan wayang orang yang dimodifikasi sebagai lawakan ini, digawangi oleh Sule (anggota grup lawak SOS), Aziz Gagap, Andre Stinky, Nunung Srimulat, Parto Patrio sebagai dalang atau sutradara, dua orang pesinden, Rina dan Dewi Gita, beserta para bintang tamu lainnya.
Acara lawakan dengan menonjolkan perubahan setting lokasi atau latar belakang panggung seperti ini sudah lama menjadi andalan beberapa stasiun televisi, seperti acara Ngelaba di TPI, Ekstra Vaganza di Trans TV, dan lain-lain. Namun ada yang berbeda pada Opera Van Java ini, yaitu penggunaan properti panggung berbahan styrofoam yang siap untuk dihancurkan.
Lihatlah gaya Sule atau pemain lainnya, yang menyuruh Aziz Gagap untuk menduduki kursi yang terbuat dari styrofoam, yang pasti akan hancur berantakan. Atau pentungan yang patah ketika dipukulkan ke kepala. Gaya yang pernah ngetop di dunia lawakan zamannya Charlie Chaplin ini – waktu itu bahannya bukan dari styrofoam tapi karet, berhasil diangkat kembali oleh Opera Van Java, dan sekarang ditiru oleh banyak acara lawakan di stasiun televisi lainnya.
Selain itu, format cerita yang tidak linier, tapi diselingi dengan “kekacauan-kekacauan” yang menyimpang dari alur cerita, membuat pemirsa menjadi tidak bosan. Jalan cerita dibuat seakan-akan sebuah “latihan” bukan penampilan, menjadikan setiap pemain bebas untuk berimprovisasi dan melakukan “kesalahan”, sehingga penonton pun menjadi lebih santai dan tidak dibebani harus memahami jalan cerita. Penonton benar-benar disuguhi banyolan dan kekonyolan pelawaknya, tidak lagi harus terpaku memahami jalan ceritanya.  Betul-betul kocak, santai dan menghibur.

Rating dan facebook
Menurut www.indorating.com acara Opera Van Java menduduki peringkat kedua dalam rating acara televisi ber-genre komedi dengan nilai overall 4,82 berada di bawah Tawa Sutra (ANTV) 5,0, namun di atas di atas Abdel dan Temon (Global TV) 4,0, dan Suami-suami Takut Istri (Trans TV) 3,78.
Rating yang cukup tinggi ini tergambar juga pada dinding facebook Opera Van Java di mana sudah terdaftar 427.783 penggemar. Begitu juga dengan facebooknya Aziz Gagap dengan 21.371 penggemar.
Apakah anda salah seorang penggemar acara komedi Opera Van Java ini? Ada yang perlu menjadi catatan bagi pemirsa, yakni adegan-adegan “kekerasan” dengan pentungan dan sebagainya yang ditampilkan oleh para pelawak di acara ini, sebaiknya jangan ditiru dan dilakukan di rumah, apalagi peralatan yang dipakai bukan terbuat dari styrofoam alias sungguhan.
Dan kepada tim kreatif OVJ dimohonkan kesediaannya memberikan keterangan kepada pemirsa dalam waktu 2 x 24 jam: siapakah Pak Bambang itu?




UUD KPI

http://www.slideshare.net/arijuliano/uu-keterbukaan-informasi-publik

skripsi UPI

http://repository.upi.edu/skripsiview.php?start=10913

acara empat mata

http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=2&submit.x=10&submit.y=12&submit=next&qual=high&submitval=next&fname=/jiunkpe/s1/ikom/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-51403012-6759-tukul_empat-chapter1.pdf

acara the master

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/18801

Kamis, 15 Maret 2012

PERSEPSI

http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi

http://www.infoskripsi.com/Article/Pengertian-Persepsi.html

http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi/

http://www.psikomedia.com/article/view/Psikologi-Sosial/2077/PENGERTIAN-PERSEPSI/

web tentara ri

http://www.tni.mil.id/

disiplin tentara

http://id.wikipedia.org/wiki/Tentara_Nasional_Indonesia

kedisiplinan tentara

http://musniumar.wordpress.com/2012/01/16/masyarakat-sebaiknya-latah-kedisiplinan-tentara-bukan-asesorisnya/

ANNEHIRA

http://www.anneahira.com/pengaruh-disiplin-terhadap-prestasi-belajar.htm

MEDIA DI KOREA

http://id.wikipedia.org/wiki/Korea_Selatan

Tokoh pendiri ilmu komunikasi

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2264301-tokoh-pendiri-ilmu-komunikasi/

EX SKIPSI MEDIA


ABSTRACTION

Title                 :  Political Advertisements As A Part Of Campaign’s Strategy ( Study Towards On The Policital Advertisements of Each Candidates On Central Java’s Local Election )
Name               :  Dewi Utami Karyawati
NIM                :  D2B004091
Major               :  Ilmu Pemerintahan
 

Problems which would research by the writer was about how the analysis of politics advertising among candidates of Middle Java Governor Selection 2008? How the frequency political advertising installation among candidates of Middle Java Governor Selection 2008? How the indication of black campaign in Middle Java Governor Selection 2008? And finally how the influence of political advertising to society about their choice.
Research used by the writer was descriptive analysis, whereas primary data resources obtained directly through interview using Snow Balling technique, whereas the key person were campaign team member from each candidates pair.
From this research could be found that almost all of advertising media type existed were used by all of candidates pair. Political message which delivered also almost same, there were contained politics agreement and persuasion to chose connected candidates pair. Which differentiate of their politics advertising only the way to convey it to society, begin from advertising type, design and also their language style.
From the writer research result, pair of Bambang-Adnan was the most unceasing in advertising. Whereas pair of Agus-Kholiq was pair whose very rare using the advertising.  Different with Sukawi-Sudharto pair, this pair used advertorial advertising as media to campaign.  Pair of Bibit-Rustri used newspapers advertising as campaign media. Meanwhile, pair of Tamzil-Rozaq was pair that rarely used advertising as campaign media.
In any local head selection we often meet presence black campaign indication in order to drop other candidate. In this Middle Java Governor Selection 2008 also found presence black campaign in order to drop one of candidate.
From this research suggested that among campaign team totally exploited political advertising effectively and efficiently in order to get support as big as possible.
 

Keywords: strategy, campaign, political advertising













BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang Permasalahan
Pemilihan Kepala Daerah secara langsung merupakan pengalaman pertama dalam proses perekrutan seorang Kepala Pemerintah Daerah di Indonesia. Demam pilkada kini telah menyebar hampir merata di berbagai daerah. Pertarungan membangun citra kian hingar bingar seiring berbagai publisitas yang dimainkan oleh media. Di era industri komunikasi yang ditandai dengan maju pesatnya industri media massa, hampir mustahil seorang politisi yang hendak berlaga, menafikkan hubungan baik dengan media.
Pengaruh media dalam kehidupan politik sangatlah besar. Media mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi opini publik dan perilaku masyarakat. Hal ini menjadi sangat penting dalam kampanye partai politik. Cakupan yang luaas dalam masyarakat membuat media massa dianggap sebagai salah satu cara yang efektif dalam mengkomunikasikan program kerja, pesan politik, pembentukan image partai atau individu.
Pada tanggal 22 Juni 2008, Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan pesta demokrasi yaitu Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah 2008. Di sepanjang jalan di Jawa Tengah, khususnya di Kota Semarang, sudah banyak kita jumpai iklan-iklan politik yang terpasang. Iklan-iklan tersebut bisa dalam bentuk billboard, baliho, spanduk dan stiker. Selain itu di media massa juga terus dihiasi pemberitaan seputar kegiatan kandidat.
Dalam penelitian ini permasalahan yang akan diteliti Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah, pemanfaatan iklan politik sebagai bagian dari kampanye sangat marak. Maka permasalahan yang akan diteliti berkaitan dengan iklan politik para kandidat dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008 adalah :
1.       Bagaimana analisis perbandingan iklan politik masing-masing kandidat dalam kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008 ?
2.       Bagaimana frekuensi pemasangan iklan politik masing – masing kandidat dalam kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008 ?
3.       Bagaimana indikasi black campaign dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008 ?
4.       Bagaimana pengaruh iklan politik terhadap perilaku pemilih dalam memberikan suara pada Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008 ?

1.2.   Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
  1. Untuk mengetahui analisis perbandingan iklan politik masing-masing kandidat dalam kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008.
  2. Untuk mengetahui frekuensi pemasangan iklan politik masing – masing kandidat dalam kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008.
  3. Untuk mengetahui indikasi black campaign dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008.
  4. Untuk mengetahui pengaruh iklan politik terhadap perilaku pemilih dalam memberikan suara pada Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008.

1.3.   Kerangka Teori
1.3.1.     Pemilihan Kepala Daerah
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemilihan kepala daerah adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Menurut Sapto Supono, setidaknya ada 4 (empat) alasan mengapa penyelenggaraan pilkada harus dilaksanakan secara langsung di daerah[1] :
1.       Pemilihan kepala daerah langsung adalah bagian dari penyelenggaraa pemerintahan daerah.
2.       Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan hak otonomi daerah.
3.       Dalam rangka memberikan tanggungjawab kepada daerah untuk menyelenggarakan proses demokrasi di tingkat lokal sebagaimana dalam pemilihan kepala desa.
4.       Memberdayakan daerah dalam rangka memperkuat struktur sistem pemerintahan dengan bangunan piramida, dimana pemerintahan nasional ditopang dengan sistem pemerintahan daerah yang kuat.
Dalam suksesi kepala daerah, rakyat diharapkan dapat secara langsung menentukan pilihannya. Calon yang amanah, dan teruji peranannya akan berpeluang lebih besar dipilih rakyat, kecil kemungkinannya akan memilih calon pemimpin yang belum jelas komitmen dan prestasinya, apalagi yang bermasalah.
1.3.2.     Kampanye Dalam Pilkada
Dalam Keputusan KPU Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Kampanye Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Tahun 2008 disebutkan bahwa kampanye adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pasangan calon dan/atau tim kampanye/juru kampanye untuk meyakinkan pemilih dalam rangka mendapatkan dukungan sebesar-besarnya, dengan menawarkan visi, misi dan program pasangan calon secara lisan atau tertulis dalam bentuk dan jadwal waktu yang telah ditetapkan.
Kampanye berusaha untuk mendorong para pemberi suara menuju ke tempat pemilihan untuk memberikan suara kepada sang calon. Untuk meraih sebanyak mungkin pemilih, kandidat perlu melakukan smart campaign atau setidaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut[2]:
1.       Model kampanye terbaik adalah sepanjang usia. Asumsinya adalah menjadi orang baik, sehingga orang tersebut akan dipercaya ketika membutuhkan dukungan.
2.       Kampanye terbaik adalah mengemukakan citra sosial dan figur diri di depan publik. Dengan demikian publik akan mengerti karakter orang tersebut dan jika perlu sampai sedetil-detilnya (emotional feelings candidate image)
3.       Praktik kampanye terbaik adalah jika melalui inducement atau bujukan yang dapat ditempuh dengan menyampaikan gagasan dari orang ke orang atau dari rumah ke rumah. Cara ini harus diimbangi dengan penguatan strategi serta rasionalisasi.
1.3.3.     Strategi Kampanye Dalam Pilkada
Kampanye adalah bagian yang inheren dari kegiatan pemilu dan pilkada langsung. Karena itu kampanye harus direncanakan, dibuat, strategi dan teknik baik yang menyangkut materi kampanye maupun model kampanye.
Dalam kamus politik, strategi diartikan sebagai ilmu dan seni yang menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan terutama dalam hal perang dan damai.[3]
Strategi dalam menghadapi pemilihan kepala daerah merupakan perencanaan yang cermat yang disusun dan dilaksanakan oleh tim kampanye yang memiliki tujuan mencapai kemenangan atas sasaran yang ditentukan dalam pilkada. Sasaran merupakan apa yang ingin dicapai oleh kandidat dan tim kampanye dalam hal ini adalah target dukungan pemilihan yang diwujudkan dalam pemberian suara kepada kandidat tersebut. Ruang lingkup pembahasan strategi tak sebatas pada tatanan konsep atau rencana, namun yang terpenting adalah bagaimana kandidat dan tim kampanye tersebut mengimplementasikannya di lapangan.
1.3.4.     Iklan Politik Sebagai Bagian Dari Strategi Kampanye
Otto Klepper dalam bukunya Advertising Procedure, seperti yang dikutip oleh Rendra, iklan atau advertinsing berasal dari bahasa latin yaitu ad-vere yang berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain.[4]
Tidak jauh beda dengan yang disampaikan oleh Wright seperti yang dikutip oleh Rendra yang menyampaikan bahwa iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan layanan, serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif.[5]
Iklan politik mempunyai fungsi yaitu pertama untuk membujuk dan meyakinkan kalangan masyarakat untuk menentukan pilihan politiknya. Kedua untuk melakukan identifikasi atau pembedaan antara kandidat yang satu dengan kandidat yang lain. Ketiga untuk memberikan informasi mengenai apa yang disebut dengan visi (pandangan ideologis yang dijadikan sebagai acuan dalam bertindak), misi (tindakan atau praktik untuk menggunakan sumber daya kekuasaan), serta berbagai program (konsep-konsep politik yang dioperasionalisasikan sehingga dapat diukur secara matematis)[6]
Budi Setiyono mengutip pendapat Miranty Abidin yang mengatakan bahwa iklan politik sangat berpengaruh untuk meraih suara pemilih. Keberhasilannya tentu tidak hanya ditentukan oleh iklan politik.Bantuan media partai juga menentukan sebagai sosialisasi dan kampanye partai politik. Dukungan koran partai politik memang tidak berbanding lurus terhadap hasil sosialisasi bagi setiap partai politik, tapi bagi partai-partai besar bisa dikategorikan sangat terbantu oleh koran partai politiknya, selain faktor iklan dan berita-berita televisi dan media cetak serta majalah umum.[7]



BAB II
METODE PENELITIAN

2.1.   Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan tipe penelitian deskriptif analitis yang bertujuan untuk menggambarkan gejala atau kenyataan yang ada sehingga data yang disimpulkan dalam penelitian akan dijelaskan dengan metode kualitatif.
Metode penelitian yang dipilih adalah studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Namun jika ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam.[8]

2.2.   Sumber Data
2.2.1.     Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui sumbernya (tanya jawab atau wawancara) dengan pihak-pihak yang terkait dengan masalah-masalah dalam penelitian.
Penulis menentukan key person terlebih dahulu, kemudian untuk memperluas informasi sampel berikutnya dipilih dengan menggunakan teknik Bola Salju (Snow Ball).
Untuk memperoleh kelengkapan data dan informasi, maka penulis juga menggali informasi dari pihak-pihak di luar unit analisis yang secara tidak langsung masih berhubungan dengan masalah penelitian.
2.2.2.     Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek penelitian. Data ini diperoleh melalui studi pustaka seperti artikel-artikel, dokumen, media massa dan data-data terkait lainnya.

2.3.   Populasi
Populasi merupakan keseluruhan unit yang dijadikan sebagai obyek analisis. Populasi dalam penelitian ini adalah tim kampanye Pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur peserta Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008.

2.4.   Tehnik Pengumpulan Data
2.4.1.      Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data dengan bertanya langsung kepada informan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan (interview guide). Peneliti berperan mengkomunikasikan pertanyaan-pertanyaan inti sebagaimana tertera dalam inverview guide sehingga informan dapat memahami pertanyaan tersebut. Dalam wawancara mendalam ini dimungkinkan penulis dapat menggali lebih jauh jawaban informan dengan pertanyaan-pertanyaan baru yang merupakan pengembangan dari pertanyaan inti yang ada di dalam interview guide.
Wawancara dilakukan secara mendalam kepada informan (key person) anggota Tim Kampanye pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur peserta Pemilihan Gubernur Jateng 2008.
2.4.2.      Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan yang dilakukan secara sistematis terhadap gejala-gejala sosial yang relevan dengan obyek penelitian. Penulis menggunakan observasi non partisan, yakni peneliti tidak secara penuh mengambil bagian dari kehidupan yang diteliti. Penulis hanya mengadakan pengamatan dan pencatatan terhadap sikap, pendapat, pengetahuan, pemahaman, kegiatan dan hal-hal lain yang sekiranya dapat mendukung penelitian.
2.4.3.      Studi Pustaka
Suatu teknik pengumpulan data dengan mengamati dan mempelajari data-data obyek penelitian dari buku-buku literatur, artikel-artikel, serta dari sumber-sumber lain yang berkaitan dengan permasalahan penelitian tersebut.

2.5.   Tehnik Analisa Data
Dalam analisa kualitatif, terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan[9]:
a.     Menelaah sumber data, yang dimulai dengan keseluruhan data yang tersedia dari hasil wawancara, observasi, studi pustaka maupun sumber lain.
b.     Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan hasil penelitian di lapangan. Melalu kegiatan ini, maka peneliti dapat menggolongkan, mengarahkan dan mengorganisasi data sehingga dapat ditarik kesimpulan akhir.
c.     Menarik kesimpulan atau verifikasi, merupakan langkah terakhir dari kegiatan analisis kualitatif. Penerapan kesimpulan ini tergantung pada besarnya kumpulan catatan di lapangan.



BAB III
PEMBAHASAN

            Kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008
Sebelum memasuki tahap pemilihan, para calon gubernur dan calon wakil gubernur akan dihadapkan pada masa kampanye. Dalam masa kampanye ini, para calon gubernur dan calon wakil gubernur akan berlomba-lomba untuk mempromosikan dirinya dengan tujuan agar mendapatkan suara dalam pemungutan suara nanti.
KPU Jawa Tengah menetapkan waktu kampanye bagi lima pasangan calon selama 14 ( empat belas ) hari sesuai ketentuan, terhitung sejak tanggal 5 Juni sampai dengan tanggal 18 Juni 2008. Hari pertama kampanye tanggal 5 Juni 2008 diisi dengan penyampaian visi dan misi lima pasangan calon gubernur dan wakil gubernur di Sidang Paripurna DPRD Jawa Tengah.
Dalam masa kampanye ini muncul fenomena pembentukan tim kampanye Pilgub yang bertujuan untuk mendukung dan memenangkan pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur. Di Jateng, Pilgub 2008 diikuti oleh lima pasangan calon dan masing-masing pasangan mempunyai tim kampanye.
Tim kampanye merupakan organisasi yang dibentuk untuk menyusun dan menjalankan strategi dalam rangka pemenangan pasangan calon. Tim kampanye bertujuan untuk membantu penyelenggaraan kampanye, yang tujuan akhirnya akan bermuara pada kesuksesan bagi pemenangan pasangan calon.
Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008 dalam kampanye tidak ada kesan hura-hura dari masing-masing tim kampanye pasangan calon. Pada umumnya mereka lebih suka berkampanye dialogis dalam forum terbatas dan dengan mendatangi berbagai kelompok masyarakat, antara lain dengan cara berkunjung ke pasar-pasar, berdialog dengan petani, nelayan, buruh, pedagang dan kelompok masyarakat lainnya.
Kampanye dengan melakukan pendekatan langsung ke masyarakat lebih merefleksikan kepedulian calon pemimpin Jawa Tengah terutama untuk menyerap kebutuhan warga masyarakat yang akan mereka pimpin lima tahun mendatang.
Selama massa kampanye, mobilisasi massa tidak lagi menjadi pilihan para tim kampanye, karena dianggap kurang efektif. Sekretaris Tim Gabungan Bambang – Adnan, M. Fadholi pada awalnya berkeinginan mengadakan kampanye pengerahan massa, namun hal ini tidak sepenuhnya dilakukan. Mereka lebih memilih untuk menggelar kampanye model rapat terbatas untuk menyampaikan visi dan misi terarah sehingga masyarakat bisa mengetahui program kerja dari pasangan Bambang – Adnan.[10]
Sama halnya dengan Tim Sukses Pasangan Sukawi – Sudharto yang lebih mementingkan program yang langsung menyentuh masyarakat. Misalnya melalui bakti sosial atau pertemuan – pertemuan intensif.  Kendati demikian mereka tetap menyiapkan tokoh berskala nasional untuk memperoleh suara sebanyak-banyaknya.[11]
Kesadaran untuk tidak menggunakan pengerahan massa juga dilakukan oleh Tim Sukses Pasangan Tamzil – Rozaq. Tim mereka berjanji selama kampanye tidak akan menggunakan metode pengumpulan massa dalam jumlah besar, tetapi justru mengintensifkan kegiatan dengan mendatangi kanton-kantong pemilih. Di sisi lain, untuk membidik pemula, pihaknya akan menggunakan metode tatap muka dengan kalangan kampus dan berdialog dengan siswa yang memiliki hak pilih.[12]

            Iklan Politik Dalam Kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008
Saat masa kampanye berlangsung, para kandidat mulai mengiklankan diri. Wajah mereka seringkali muncul dalam sejumlah iklan politik yang ditayangkan di televisi dan media cetak, juga di media luar ruang (outdoor). Spanduk, billboard dan baliho besar di pinggir-pinggir jalan dan tempat-tempat umum terbuka lainnya di sejumlah kota berisikan wajah mereka.
Pada dasarnya, beriklan politik merupakan langkah awal para kandidat untuk mengenalkan diri mereka kepada masyarakat luas dengan cara yang efektif dan efisien. Tujuan utama dari iklan-iklan politik tersebut tentu saja untuk merebut hati dan simpati para calon pemilih. Diharapkan suara pemilih akhirnya diberikan kepada kandidat yang bersangkutan.
Seperti yang kita ketahui, ada bermacam-macam jenis media iklan yang dapat digunakan. Hampir semua jenis media iklan yang ada, seperti stiker, spanduk, baliho dan iklan di media massa, digunakan oleh semua kandidat.
Dari hasil pengamatan peneliti, pasangan Bambang – Adnan lebih sering menggunakan koran sebagai media iklan politik mereka. Di harian Suara Merdeka hampir setiap hari kita dapat menikmati iklan testimony ( di halaman terakhir ) yang ditujukan untuk Bambang Sadono. Iklan – iklan testimony tersebut dipasang oleh para pimpinan dan fungsionaris Partai Golkar. Selain itu, pasangan ini juga gencar beriklan lewat baliho-baliho yang terpasang di beberapa jalan di kota Semarang.
Sementara itu pasangan Agus – Kholiq, dari hasil pengamatan  peneliti, pasangan ini hampir tidak pernah menggunakan iklan sebagai salah satu bentuk kampanye. Peneliti jarang sekali menemukan iklan kampanye pasangan ini baik di media cetak maupun di ruang publik. Kalaupun ada, iklan tersebut sangatlah sedikit, sangat jauh berbeda dengan pasangan Bambang – Adnan. Peneliti hanya menemukan iklan dalam bentuk stiker di beberapa tempat.
Berbeda dengan pasangan Sukawi – Sudharto, walaupun tidak segencar pasangan Bambang – Adnan, pasangan ini termasuk pasangan yang giat menggunakan iklan sebagai media kampanye. Pasangan ini memilih untuk menggunakan advertorial sebagai media iklan politik mereka. Dengan advertorial mereka dapat menyampaikan pesan yang diinginkan dengan lebih jelas dan berisi.
Sementara itu pasangan Bibit – Rustri lebih memanfaatkan koran sebagai media iklan politik mereka walaupun tidak sesering yang dilakukan oleh pasangan Bambang – Adnan. Walaupun tidak segencar yang dilakukan pasangan Bambang – Adnan, pasangan ini juga memanfaatkan ruang publik sebagai salah satu media iklan politik mereka yaitu dengan memasang spanduk dan stiker di beberapa tempat.
Hampir sama dengan pasangan Agus – Kholiq, pasangan dengan nomor urut lima, pasangan Tamzil – Rozaq juga terlihat sangat jarang menggunakan iklan sebagai media kampanye. Kalaupun ada, jumlahnya sangatlah minim. Dari hasil penelitian penulis, pasangan ini hanya menggunakan stiker, spanduk dan iklan di koran, dengan jumlah yang sangat minim. Walaupun Tamzil cukup dikenal dengan jabatan Bupati Kudusnya, dengan minimnya publikasi, pasangan yang bersangkutan tidak akan dikenal oleh masyarakat luas, mengingat pemilihan Gubernur ini mempunyai cakupan yang lebih luas yaitu Jawa Tengah.

            Analisis Iklan Politik Dalam Kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008
Masa kampanye mulai berlangsung. Jalan – jalan mulai dipenuhi dengan iklan-iklan para kandidat. Begitu pula di media massa, juga dipenuhi dengan iklan-iklan politik para kandidat.
Bambang – Adnan dalam iklannya di harian Suara Merdeka tanggal 18 Juni 2008 memohon doa restu untuk membangun Jawa Tengah (Gambar 1). Dalam iklan tersebut tentu saja terdapat ajakan untuk mencoblos nomor urut 1. Disertai dengan janji – janji memberikan bantuan modal kerja tanpa agunan, bantuan pendidikan dan bantuan kesehatan, pasangan ini mencoba untuk menarik perhatian masyarakat. Selain itu juga terdapat 3 (tiga) testimony  dari Hj. Choiriyah Muhoyyar seorang Tokoh Muslimat NU, artis Nurul Arifin yang juga seorang kader Partai Golkar dan Jujuk Srimulat. Ketiga testimony ini pada intinya sama yaitu mengajak para masyarakat untuk mendukung pasangan Bambang – Adnan.
Iklan pasangan Agus – Kholiq di harian Suara Merdeka tanggal 18 Juni 2008 sangat sederhana, dengan menampilkan foto mereka disertai tanda untuk mencoblos nomor urut 2. ( Gambar 2 ) Dalam iklan tersebut tertulis “ Dudu Ndara, Bakale Tansah Ngawula ”.
Pada tanggal yang sama di harian Suara Merdeka, pasangan Sukawi – Sudharto memilih advertorial. Headline advertorial tersebut berbunyi “ Sukawi – Sudharto : Pendidikan Kunci Kebangkitan “. Pasangan tersebut akan memulai kebangkitan Jawa Tengah dari dunia pendidikan, sebuah cita – cita yang sudah dan akan terus diperjuangkan oleh pasangan Sukawi – Sudharto.
Dalam advertorial, pasangan Sukawi – Sudharto digambar sebagai pasangan yang sangat peduli terhadap pendidikan. Sukawi – Sudharto merupakan pasangan paling ideal bagi dunia pendidikan. Sukawi yang pada tahun 2008 berhasil membawa Kota Semarang menjadi kota yang memberikan pendidikan gratis pada masyarakatnya sangat tepat dipasangkan dengan Sudharto, seorang tokoh pejuang pendidikan sejati, yang selalu terlibat baik dalam perumusan kebijakan tingkat nasional maupun dalam implementasinya di lapangan.
Pada tanggal yang sama, harian Suara Merdeka juga memuat iklan pasangan Sukawi-Sudharto. Dalam iklan tersebut, Sukawi memanfaatkan jabatannya sebagai Ketua Umum Pengda PSSI Jawa Tengah. ( Gambar 3 ) Iklan ini diharapkan mampu meraih dukungan suara dari para pecinta olah raga sepak bola di Jawa Tengah pada umumnya dan di Kota Semarang pada khususnya, mengingat Sukawi Sutarip juga pernah menjadi petinggi di Tim Sepak Bola Kota Semarang, PSIS.
Sementara itu pasangan Bibit – Rustri tidak mau kalah dengan iklan berukuran satu halaman koran yang dipasang di harian Suara Merdeka tanggal 18 Juni 2008. Selain menampilkan foto pasangan calon, iklan tersebut menampilkan foto Ketua Umum Megawati, yang dalam iklannya ditampilkan sedang melambaikan tangan. Dalam iklan tersebut juga menampilkan foto Presiden Pertama RI Sukarno. (Gambar 4). Iklan tersebut terdapat puisi yang berjudul “ Jadilah Pemenang Demokrasi ”dan di akhir puisi tersebut terdapat tulisan berbunyi “Hanya Ada Satu Kata,Coblos Nomor 4”.
Lain dengan pasangan Tamzil – Rozaq yang memasang iklan politik yang berukuran jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan iklan Bibit – Rustri. Iklan tersebut dipasang dengan menampilkan foto Ketua Fraksi PPP DPRD Jateng Masruhan Samsuri. ( Gambar 5 ). Iklan tersebut dikemas cukup sederhana. Iklan yang mempunyai background gambar Ka’bah, yang merupakan simbol dari PPP,  memuat foto pasangan calon dan tulisan yang berbunyi “ Mugi – mugi Gusti Allah Ngijabani ”. Pada intinya, pesan yang disampaikan oleh kelima pasang kandidat tersebut adalah sama yaitu ajakan untuk mencoblos nomor urut pasangan yang bersangkutan.
Selain memasang iklan politik di koran, para pasangan calon gubernur dan wakil gubernur juga memasang iklan politik di ruang publik dalam bentuk stiker, spanduk, dan baliho. Iklan ruang luar digunakan karena lebih mencolok dan gampang dilihat oleh banyak orang.
Baliho – baliho tersebut dipasang di jalan kota yang strategis. Di Jembatan Banjir Kanal Barat, baliho Bambang – Adnan terpasang bersebelahan dengan baliho Sukawi – Sudharto, dengan ukuran yang sama besarnya. Di seberang baliho tersebut, dari arah yang berlawanan, juga terpaksa baliho yang sama milik Bambang – Adnan. Baliho tersebut bersebelahan dengan spanduk Bibit – Rustri yang terlihat jauh lebih kecil.

            Indikasi Black Propaganda
Dalam Pilgub Jateng 2008 ini ada juga cara berkampanye yang tak kasat mata tapi bisa dipastikan menguntungkan salah satu kandidat yaitu upaya saling menjatuhkan antarkandidat berupa propaganda hitam dan pembunuhan karakter. Di beberapa daerah belakangan ini telah bermunculan black propaganda atau kampanye hitam ( black campaign ), baik melalui selebaran gelap, layanan singkat (SMS), dan berbagai diskusi dalam komunitas tertentu untuk menjatuhkan dan menyudutkan pasangan cagub / cawagub .
Seperti yang diberitakan di Koran Wawasan tanggal 17 Mei 2008. kasus black propaganda pada Pemilihan Gubernur Jawa Tengah ini menimpa calon gubernur Bibit Waluyo melalui stiker yang bertuliskan “ Jawa Tengah Menolak Dinomorduakan. Bibit Waluyo Tidak Laku di Jakarta Ngoyo Jabatan di Jawa Tengah. Sori Wae Yoo..” yang terpasang di sepanjang ruas jalan di Purbalingga.  Selain itu di Sukoharjo juga terdapat black propaganda yang juga menyerang calon gubernur Bibit Waluyo. Di Sukoharjo ditemukan selebaran berupa stiker bertuliskan “ Tolak BBM” dan di sisi kanan terdapat foto Bibit Waluyo diberi tanda silang warna merah. Black propaganda ini juga menimpa pasangan Agus – Kholiq. Kampanye yang menyudutkan mereka adalah adanya pernyataan bahwa pasangan Agus – Kholiq sudah mengibarkan handuk putih pertanda menyerah pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah.
Menyikapi maraknya indikasi black propaganda ini, masing-masing tim kampanye mempunyai pandangan yang hampir sama yaitu menganggap black propaganda merupakan salah satu strategi kampanye untuk mendapatkan dukungan suara dengan cara menjatuhkan lawan.

            Pengaruh Iklan Politik Terhadap Perilaku Pemilih
Bagi partai politik dan kandidat politik, periklanan dapat mempengaruhi dan menjaring pemilih. Sementara pemilih berharap bisa mendapatkan informasi yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih.
Masing-masing kandidat benar-benar memanfaatkan kekuatan untuk memasang iklan politik. Kandidat tidak hanya menggunakan iklan di media massa tetapi sampai kepada media luar ruang, yakni spanduk, poster, baliho dan masih banyak bentuk yang lain.
Pengaruh iklan dalam kehidupan politik sangatlah besar. Iklan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi opini publik dan perilaku masyarakat. Hal ini menjadi sangat penting dalam kampanye partai politik. Cakupan yang luas dalam masyarakat membuat iklan dianggap sebagai salah satu cara yang efektif dalam mengkomunikasikan program kerja, pesan politik, pembentukan image partai atau individu.
Untuk menjadi seorang pemimpin memang tidak hanya cukup bermodalkan popularitas semata. Jika hanya melalui iklan, masyarakat tidak dapat menilai kompetensi dan integritas seseorang. Masyarakat hanya dijejali kelebihan-kelebihannya semata. Dengan cara demikian, memang popularitasnya naik. Akan tetapi, persoalannya, untuk menjadi pemimpin tidak cukup bermodalkan popularitas. Dia harus memiliki pengalaman dan terbukti teruji.
Iklan politik hanya memberikan sedikit pengaruh bagi pemilih dalam menentukan pilihannya. Bisa jadi iklan politik hanyalah “pemanis” , karena yang ditampilkan hanyalah sisi baik para kandidat.
Seperti yang disampaikan oleh Widodo Muktiyo, iklan politik hanya sebatas memperkenalkan para kandidat kepada masyarakat, belum tentu membuat masyarakat untuk menjatuhkan pilihannya kepada kandidat yang bersangkutan.[13]




BAB IV
PENUTUP

            Kesimpulan
Suara yang diraih dalam pemilihan kepala daerah merupakan hasil konkret dari keseluruhan kerja politik termasuk komunikasi politik. Strategi komunikasi politik pada pilkada langsung bisa dikatakan sebagai strategi pemenangan kandidat. Strategi ini bertujuan untuk mempengaruhi opini publik sehingga dapat mendukung perolehan suara.
Salah satu strategi yang digunakan adalah kampanye melalui iklan Penggunaan media iklan perlu dipilih dengan cermat untuk menyesuaikan dengan kondisi dan situasi khalayak. Dalam komunikasi politik, seluruh media dapat digunakan karena tujuannya adalah membentuk dan membina pendapat umum, serta mempengaruhi pemberi suara dalam pemilihan kepala daerah.
Iklan politik merupakan salah strategi kampanye yang efektif apabila dibandingan dengan turun langsung ke daerah-daerah. Iklan memberikan keleluasaan bagi kandidat untuk menunjukkan diri dan berbagai program serta visi misi secara detail. Selain itu iklan juga dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Dalam pembuatan iklan politik tersebut diperlukan strategi khusus agar iklan – iklan tersebut tepat sasaran. Biasanya tim kampanye masing-masing kandidat bekerja sama dengan pihak professional dalam pembuatan iklan politik.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar isi iklan politik masing – masing kandidat adalah sama yaitu ajakan untuk memilih .
Selain itu juga harus diperhatikan mengenai frekuensi pemasangan iklan – iklan politik tersebut. Frekuensi pemasangan iklan politik media cetak yang dilakukan oleh masing – masing tim kampanye tentunya berbeda. Ada pasangan yang sangat gencar memasang iklan politik dan ada pula pasangan yang hampir tidak pernah memasang iklan politik.  Hal ini disesuaikan dengan dana yang dimiliki oleh masing – masing kandidat.
Dalam Pilgub Jateng 2008 ini juga ditemukan adanya indikasi black propagamda atau kampanye hitam. Beberapa narasumber memberikan pendapat bahwa kampanye hitam ini juga merupakan salah satu strategi kampanye untuk memperoleh suara walaupun sedikit.

            Saran
a.     Tim kampanye sebagai bagian dari tim pemenangan hendaknya berhati – hati dalam membuat jargon kampanye, slogan ataupun bentuk media lainnya untuk maksud persuasive, sehingga jangan sampai media tersebut menjadi boomerang yang merugikan.
b.     Tim kampanye harus belajar menggunakan kekuatan industri media bagi kampanye politik sehingga hasil atau tujuan komunikasi politik yang diharapkan akan lebih efektif, mengingat media juga sebagai komunikator politik dan sifatnya yang tidak pasif.
c.     Perencanaan kampanye melalui media hendaknya disusun berdasarkan analisa internal dan eksternal, sehingga diperoleh rumusan perencanaan yang komprehensif dan dapat diaplikasikan dengan baik.
d.    Kampanye yang baik tidak harus menghabiskan biaya yang besar, tetapi yang dapat mengalokasikan sumber daya yang tersedia secara efektif untuk menghasilkan hasil yang optimal.
e.     Penggunaan media yang berlebihan dapat menjadi boomerang yang merugikan bagi kandidat yang bersangkutan. Penggunaan media tidak harus berlebihan, tetapi yang benar – benar efektif dan efisien.
f.      Dalam hal pemasangan iklan politik di luar ruang, hendaknya untuk memperhatikan nilai estetika lingkungan. Jangan sampai merusak keindahan lingkungan.
g.     Untuk pemilihan kepala daerah masa mendatang, hendaknya para kandidat melakukan kampanye dengan cara yang sehat, bersih dan sportif.

















DAFTAR PUSTAKA

Buku - buku
Agustino, Leo, 2005, Politik dan Otonomi Daerah, Untirta Press : Jakarta
Arikunto, 2003, MetodologiPenelitian Kualitatif, Pustaka Pelajar : Yogya
Diamond, Larry, 2003, Developing Democracy Toward Consolidation, IRE Press : Yogyakarta
Firmanzah, 2007, Marketing Politik : Antara Pemahaman dan Realitas, Yayasan Obor Indonesia : Jakarta
Homby, AS, 2000, Oxford Advance Learner’s Dictionary, Oxford University Press : New York
Ibrahim, Herman dan Faisal Siagian, 1999, Kampanye Tanpa Kekerasan, Penerbit Biro Humas Depdagri : Jakarta
Katzenbach, Jon R. dan Douglas K. Smith, 1997, The Wisdom of Team (Kemampuan Tim), Profesional Books : Jakarta
Lukmantoro, Triyono, Politik Representasi dan Rekayasa Citra dalam Arena Pilkada, dalam Seminar Internasional Dinamika Politik lokal di Indonesia:Etika, Politik dan Demokrasi, 2-5 Agustus 2005, Kampoeng Percik Salatiga
M.Shaw, Chaterine, 2004,  The Campaign Manager : Running and Winning Local Elections – third edition, Westview Press
Manulang, 2004, Pedoman Teknis Menulis Skripsi, Penerbit Andi : Yogyakarta
Mapilu PWI Jateng, 2008, Pilgub Jateng 2008, Pijafrel Mapilu PWI : Semarang
Marbun, BN, 2003, Kamus Politik, Pustaka Sinar Harapan : Jakarta
Moleong, Lexy J, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi, Remaja Rosdakarya : Bandung
Nimmo, Dan, 2004, Komunikasi Politik-Komunikator, Pesan dan Media, Remaja Rosdakarya : Bandung
Pradhanawati, Ari, 2007, Pemilihan Gubernur Gerbang Demokrasi Rakyat, Jalan Mata : Semarang
Rendra , Widyatama, 2007, Pengantar Periklanan, Pustaka Book Publisher : Yogyakarta
Sardini, Nur Hidayat, 3 Juli 2005, Rasionalitas Pilkada : Siapa Menang, Siapa Pecundang?, Suara Merdeka
Setiyono, Budi dan RTS Masli, 2008, Iklan dan Politik: Menjaring Suara Dalam Pemilihan Umum, AdGoal Com : Jakarta
Steinberg,  Arnold, 1981, Kampanye Politik, PT.Intermasa : Jakarta
Stoner, James AF, 1996, Manajemen, Erlangga : Jakarta
Supono, Sapto, Peranan Pemerintah Dalam Pilkada dan Potensi Permasalahan Pilkada, dalam Seminar Nasional Dilema-dilema Pilkada Langsung, 2005, Puskodak Undip : Semarang,
Sutrisno, Slamet, 1983, Sedikit Tentang Strategi Kebudayaan Nasional Indonesia, Liberty : Yogyakarta

Koran
Suara Merdeka, “PKS Terapkan Pola 10:5:4”, 11 Mei 2008
Wawasab\n, “Ditemukan Stiker Diskreditkan Bibit”, 17 Mei 2008
Suara Merdeka, 14 Juni 2008
Suara Merdeka, “Kampanye Sepi Bukan Saatnya Bangun Fanatisme”. 16 Juni 2008
Suara Merdeka, 18 Juni 2008
Suara Merdeka, 1 – 22 Juni 2008
Kompas, “Gurihnya Iklan Politik”, 6 Juli 2008
Kompas, “Janji Calon : Kecap No.1 Kandidat”, 22 Juli 2008

Perundang-Undangan
Keputusan KPU Provinsi Jawa Tengah No.3 Tahun 2008 Tentang Pedoman Teknis Kampanye Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Tahun 2008
Pengumuman KPU Provinsi Jawa Tengah No. 939/B.1/VII/2008 Tentang Laporan Dana Kampanye Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Tahun 2008
UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah













[1] Sapto Supono, Peranan Pemerintah Dalam Pilkada dan Potensi Permasalahan Pilkada, dalam Seminar Nasional Dilema-dilema Pilkada Langsung, Puskodak Undip, Semarang, 2005, hal 2
[2] Nur Hidayat Sardini, Rasionalitas Pilkada : Siapa Menang, Siapa Pecundang?, Suara Merdeka, 3 Juli 2005, hal. 3
[3] BN.Marbun, SH, Kamus Politik, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2003, hal.349
[4] Rendra Widyatama, Pengantar Periklanan, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta, hal 13
[5] Ibid., hal 15
[6] Triyono Lukmantoro, Kontes Politik di Panggung Media Massa, Kompas, 12 Juni 2004.
[7] Budi Setiyono dan RTS Masli, Iklan dan Politik: Menjaring Suara Dalam Pemilihan Umum, AdGoal Com, Jakarta, 2008, hal 56
[8] Arikunto, MetodologiPenelitian Kualitatif, Pustaka Pelajar. Yogya, 2003, hal 131
[9] Drs. M. Manulang, Pedoman Teknis Menulis Skripsi, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2004, hal.35
[10] Suara Merdeka. “Kampanye Sepi Bukan Saatnya Bangun Fanatisme”. 16 Juni 2008
[11] Ibid
[12] Ibid
[13] Widodo Muktiyo, Makalah Iklan Politik, Pencitraan Parpol dan Politikus Menyambut Pemilu 2009, dalam Seminar “Pencitraan Iklan Politik”

Refleksi Peran Media Menjelang Pemilukada

http://bincangmedia.wordpress.com/tag/peran-media-dalam-pilkada/

BAHAN SKRIPSI MEDIA MASSA DAN PILKADA

http://bahanamahasiswa.com/pendapat/opini/453-politik-media-dalam-pemilihan-kepala-daerah-.html

SKRIPSI LENGKAP "MEDIA DAN TINDAKAN MEMILIH"

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/26715

Pengertian Demokrasi dan Hubungannya dengan PILKADA Pengertian Demokrasi


Pengertian Demokrasi dan Hubungannya dengan PILKADA
Pengertian Demokrasi
Kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos, yang berarti rakyat dan kratos yang berarti pemerintahan. Sehingga demokrasi dapat diartikan pemerintahan dari rakyat oleh rakyat, untuk rakyat. Pemerintahan yang kewenangannya pada rakyat. Semua anggota masyarakat (yang memenuhi syarat) dikutsertakan dalam kehidupan kenegaraan dalam aktivitas Pemilu. Pelaksanaan dari demokrasi ini telah dilakukan dari dahulu di berbagai daerah di Indonesia hingga Indonesiamerdeka sampai sekarang ini. Demokrasi di negara Indonesia bersumberkan dari Pancasila dan UUD 45 sehingga sering disebut dengan demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila berintikan musyawarah untuk mencapai mufakat, dengan berpangkal tolak pada faham kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Landasan Hukum Pilkada.
Indonsia pertama kali dalam melaksanakan Pemilu pada akhir 1955 yang diikuti oleh banyak partai ataupun perseorangan. Dan pada tahun 2004 telah dilaksanakan pemilu secara langsung untuk memilih wakil wakil rakyat serta presiden dan wakilnya. Dan sekarang ini mulai bulan juni 2005 telah dilaksanakan Pemilihan Kepala Daerah atau sering disebut pilkada langsung. Pilkada ini merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat. Ada limapertimbangan penting penyelenggaraan pilkada langsung bagi perkembangan demokrasi di Indonesia.
  1. Pilkada langsung merupakan jawaban atas tuntutan aspirasi rakyat karena pemilihan presiden dan wakil presiden, DPR, DPD, bahkan kepada desa selama ini telah dilakukan secara langsung.
  2. Pilkada langsung merupakan perwujudan konstitusi dan UUD 1945. Seperti telah diamanatkan pasal 18 Ayat (4) UUD 1945, Gubenur, Bupati dan Walikota, masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupatenm dan kota dipilih secara demokratis. Hal ini telah diatur dalam UU No. 32 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian Kepala Daerah dan wakil kepala daerah.
  3. Pilkada langsung sebagai sarana pembelajaran demokrasi (politik) bagi rakyat (civic education). Ia menjadi media pembelajaran praktik berdemokrasi bagi rakyat yang diharapkan dapat membentuk kesadaran kolektif segenap unsur bangsa tentang pentingnya memilih pemimpin yang benar sesuai nuraninya.
  4. Pilkada langsung sebagai sarana untuk memperkuat otonomi daerah. Keberhasilan otonomi daerah salah satunya juga ditentukan oleh pemimpin lokal. Semakin baik pemimpin lokal dihasilkan dalam pilkada langsung 2005, maka komitmen pemimpin lokal dalam mewujudkan tujuan otonomi daerah, antara lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi masyarakat agar dapat diwujudkan.
  5. Pilkada langsung merupakan sarana penting bagi proses kaderisasi kepemimpinan nasional. Disadari atau tidak, stock kepemimpinan nasional amat terbatas. Dari jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta, jumlah pemimpin yang kita miliki hanya beberapa. Mereka sebagian besar para pemimpin partai politik besar yang memenangi Pemilu 2004. karena itu, harapan akan lahirnya pemimpin nasional justru dari pilkada langsung ini.
C. Pelaksanaan Pilkada di Indonesia
Pilkada ini ditujukan untuk memilih Kepala daerah di 226 wilayah yang tersebar dalam 11 provinsi dan 215 di kabupaten dan kota. Rakyat memilih kepala daerah masing-masing secara langsung dan sesuai hati nurani masing-masing. Dengan begini diharapkan dapat terlaksana dengan demokratis. Mulai dari seleksi bakal calon, persiapan kertas suara, hingga pelaksanaan pilkada ini.
Dalam pelaksanaannya selalu saja ada masalah yang timbul. Sering kali ditemukan pemakaian ijazah palsu oleh bakal calon. Hal ini sangat memprihatinkan sekali. Seandainya calon tersebut dapat lolos bagaimana nantinya daerah tersebut karena telah dipimpin oleh orang yang bermental korup. Karena mulai dari awal saja sudah menggunakan cara yang tidak benar. Dan juga biaya untuk menjadi calon yang tidak sedikit, jika tidak ikhlas ingin memimpin maka tindakan yang pertama adalah mencari cara bagaimana supaya uangnya dapat segera kembali atau “balik modal” ini sangat berbahaya sekali.
Dalam pelaksanaan pilkada ini pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Seringkali bagi pihak yang kalah tidak dapat menerima kekalahannya dengan lapang dada. Sehingga dia akan mengerahkan massa untuk mendatangi KPUD setempat. Kasus-kasus yang masih hangat yaitu pembakaran kantor KPUD salah satu provinsi di pulau sumatera. Hal ini membuktikan sangat rendahnya kesadaran politik masyarakat. Sehingga dari KPUD sebelum melaksanakan pemilihan umum, sering kali melakukan ikrar siap menang dan siap kalah. Namun tetap saja timbul masalah masalah tersebut.
Selain masalah dari para bakal calon, terdapat juga permasalahan yang timbul dari KPUD setempat. Misalnya saja di Jakarta, para anggota KPUD terbukti melakukan korupsi dana pemilu tersebut. Dana yang seharusnya untuk pelaksanaan pemilu ternyata dikorupsi. Tindakan ini sangat memprihatinkan. Dari sini dapat kita lihat yaitu rendahnya mental para pejabat. Dengan mudah mereka memanfaatkan jabatannya untuk kesenangannya sendiri. Dan mungkin juga ketika proses penyeleksian bakal calon juga kejadian seperti ini. Misalnya agar bisa lolos seleksi maka harus membayar puluhan juta.
Dalam pelaksanaan pilkada di lapangan banyak sekali ditemukan penyelewengan. Kecurangan ini dilakukan oleh para bakal calon seperti :
1. Money Politik
Sepertinya money politik ini selalu saja menyertai dalam setiap pelaksanaan Pilkada. Dengan memanfaatkan masalah ekonomi masyarakat yang cenderung masih rendah, maka dengan mudah mereka dapat diperalat dengan mudah. Contoh yang nyata saja yaitu dilingkungan penulis yaitu desa karangwetan. Tegaltirto, Berbah, Sleman, juga terjadi hal tersebut. Yaitu salah satu dari kader bakal calon membagi-bagikan uang kepada masyarakatdengan syarat harus memilih bakal calon tertentu. Tapi memang dengan uang dapat membeli segalanya. Dengan masih rendahnya tingkat pendidikan seseorang maka dengan mudah orang itu dapat diperalat dan diatur dengan mudah hanya karena uang. jadi sangat rasional sekali jika untuk menjadi calon kepala daerah harus mempunyai uang yang banyak. Karena untuk biaya ini, biaya itu.
2. Intimidasi
Intimidasi ini juga sangat berbahaya. Sebagai contoh juga yaitu di daerah penulis oknum pegawai pemerintah melakukan intimidasi terhadap warga agar mencoblos salah satu calon. Hal ini sangat menyelewengkan sekali dari aturan pelaksanaan pemilu.
3. Pendahuluan start kampanye
Tindakan ini paling sering terjadi. Padahal sudah sangat jelas sekali aturan-aturan yang berlaku dalam pemilu tersebut. Berbagai cara dilakukan seperti pemasangan baliho, spanduk, selebaran. Sering juga untuk bakal calon yang merupakan kepala daerah saat itu melakukan kunjungan keberbagai daerah. Kunjungan ini intensitasnya sangat tinggi ketika mendekati pemilu. Ini sangat berlawanan yaitu ketika sedang memimpin dulu. Selain itu media TV lokal sering digunakan sebagai media kampanye. Bakal calon penyampaikan visi misinya dalam acara tersebut padahal jadwal pelaksanaan kampanye belum dimulai.
4. Kampanye negatif
Kampanye negatif ini dapat timbul karena kurangnya sosialisasi bakal calon kepada masyarakat. Hal ini disebabkan karena sebagian masyarakat masih sangat kurang terhadap pentingnya informasi. Jadi mereka hanya “manut” dengan orang yang disekitar mereka yang menjadi panutannya. Kampanye negatif ini dapat mengarah dengan munculnya fitnah yang dapat merusak integritas daerah tersebut.
Dalam melaksanakan sesuatu pasti ada kendala yang harus dihadapi. Tetapi bagaimana kita dapat meminimalkan kendala-kendala itu. Untuk itu diperlukan peran serta masyarakat karena hal ini tidak hanya tanggung jawab pemerintah saja. Untuk menanggulangi permasalahan yang timbul karena pemilu antara lain :
1. Seluruh pihak yang ada baik dari daerah sampai pusat, bersama-sama menjaga ketertiban dan kelancaran pelaksanaan pilkada ini. Tokoh-tokoh masyarakat yang merupakan panutan dapat menjadi suri tauladan bagi masyarakat. Dengan ini maka dapat menghindari munculnya konflik.
2. Semua warga saling menghargai pendapat. Dalam berdemokrasi wajar jika muncul perbedaan pendapat. Hal ini diharapkan tidak menimbulkan konflik. Dengan kesadaran menghargai pendapat orang lain, maka pelaksanaan pilkada dapat berjalan dengan lancar.
3. Sosialisasi kepada warga ditingkatkan. Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan masyarakat dapat memperoleh informasi akurat. Sehingga menghindari kemungkinan fitnah terhadap calon lain.
4. Memilih dengan hati nurani. Dalam memilih calon kita harus memilih dengan hati nurani sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain. Sehingga prinsip – prinsip dari pemilu dapat terlaksana dengan baik.