ABSTRACTION
Title : Political Advertisements As A Part Of Campaign’s Strategy ( Study
Towards On The Policital Advertisements of Each Candidates On Central Java’s
Local Election )
Name : Dewi Utami Karyawati
NIM : D2B004091
Major : Ilmu Pemerintahan
Problems which would research by the writer was about
how the analysis of politics advertising among candidates of Middle Java
Governor Selection 2008? How the frequency political advertising installation
among candidates of Middle Java Governor Selection 2008? How the indication of
black campaign in Middle Java Governor Selection 2008? And finally how the
influence of political advertising to society about their choice.
Research used by the writer was descriptive analysis,
whereas primary data resources obtained directly through interview using Snow
Balling technique, whereas the key person were campaign team member from
each candidates pair.
From this research could be found that almost all of
advertising media type existed were used by all of candidates pair. Political
message which delivered also almost same, there were contained politics
agreement and persuasion to chose connected candidates pair. Which
differentiate of their politics advertising only the way to convey it to
society, begin from advertising type, design and also their language style.
From the writer research result, pair of Bambang-Adnan
was the most unceasing in advertising. Whereas pair of Agus-Kholiq was pair
whose very rare using the advertising.
Different with Sukawi-Sudharto pair, this pair used advertorial
advertising as media to campaign. Pair
of Bibit-Rustri used newspapers advertising as campaign media. Meanwhile, pair
of Tamzil-Rozaq was pair that rarely used advertising as campaign media.
In any local head selection we often meet presence black
campaign indication in order to drop other candidate. In this Middle Java
Governor Selection 2008 also found presence black campaign in order to drop one
of candidate.
From this research suggested that among campaign team
totally exploited political advertising effectively and efficiently in order to
get support as big as possible.
Keywords: strategy, campaign, political advertising
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Pemilihan
Kepala Daerah secara langsung merupakan pengalaman pertama dalam proses
perekrutan seorang Kepala Pemerintah Daerah di Indonesia. Demam pilkada kini telah menyebar hampir merata di
berbagai daerah. Pertarungan membangun citra kian hingar bingar seiring
berbagai publisitas yang dimainkan oleh media. Di era industri komunikasi yang
ditandai dengan maju pesatnya industri media massa, hampir mustahil seorang
politisi yang hendak berlaga, menafikkan hubungan baik dengan media.
Pengaruh
media dalam kehidupan politik sangatlah besar. Media mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi opini publik dan perilaku masyarakat. Hal ini menjadi sangat
penting dalam kampanye partai politik. Cakupan yang luaas dalam masyarakat
membuat media massa dianggap sebagai salah satu cara yang efektif dalam
mengkomunikasikan program kerja, pesan politik, pembentukan image partai atau
individu.
Pada
tanggal 22 Juni 2008, Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan pesta demokrasi
yaitu Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah 2008. Di sepanjang
jalan di Jawa Tengah, khususnya di Kota Semarang, sudah banyak kita jumpai
iklan-iklan politik yang terpasang. Iklan-iklan tersebut bisa dalam bentuk billboard, baliho, spanduk dan stiker.
Selain itu di media massa juga terus dihiasi pemberitaan seputar kegiatan
kandidat.
Dalam
penelitian ini permasalahan yang akan diteliti Dalam Pemilihan Gubernur Jawa
Tengah, pemanfaatan iklan politik sebagai bagian dari kampanye sangat marak.
Maka permasalahan yang akan diteliti berkaitan dengan iklan politik para
kandidat dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008 adalah :
1. Bagaimana analisis perbandingan iklan
politik masing-masing kandidat dalam kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Tengah
2008 ?
2. Bagaimana frekuensi pemasangan iklan
politik masing – masing kandidat dalam kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Tengah
2008 ?
3. Bagaimana indikasi black campaign dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008 ?
4. Bagaimana pengaruh iklan politik terhadap
perilaku pemilih dalam memberikan suara pada Pemilihan Gubernur Jawa Tengah
2008 ?
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
- Untuk
mengetahui analisis perbandingan iklan politik masing-masing kandidat
dalam kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008.
- Untuk
mengetahui frekuensi pemasangan iklan politik masing – masing kandidat
dalam kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008.
- Untuk
mengetahui indikasi black campaign dalam
Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008.
- Untuk
mengetahui pengaruh iklan politik terhadap perilaku pemilih dalam
memberikan suara pada Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008.
1.3. Kerangka Teori
1.3.1.
Pemilihan Kepala Daerah
Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan
Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemilihan kepala daerah adalah sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota
berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Menurut
Sapto Supono, setidaknya ada 4 (empat) alasan mengapa penyelenggaraan pilkada
harus dilaksanakan secara langsung di daerah :
1. Pemilihan kepala daerah langsung adalah
bagian dari penyelenggaraa pemerintahan daerah.
2.
Pemilihan kepala daerah secara
langsung merupakan hak otonomi daerah.
3.
Dalam rangka memberikan
tanggungjawab kepada daerah untuk menyelenggarakan proses demokrasi di tingkat
lokal sebagaimana dalam pemilihan kepala desa.
4.
Memberdayakan daerah dalam
rangka memperkuat struktur sistem pemerintahan dengan bangunan piramida, dimana
pemerintahan nasional ditopang dengan sistem pemerintahan daerah yang kuat.
Dalam suksesi kepala daerah, rakyat
diharapkan dapat secara langsung menentukan pilihannya. Calon yang amanah, dan
teruji peranannya akan berpeluang lebih besar dipilih rakyat, kecil kemungkinannya
akan memilih calon pemimpin yang belum jelas komitmen dan prestasinya, apalagi
yang bermasalah.
1.3.2.
Kampanye Dalam Pilkada
Dalam
Keputusan KPU Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis
Kampanye Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Tahun 2008
disebutkan bahwa kampanye adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pasangan
calon dan/atau tim kampanye/juru kampanye untuk meyakinkan pemilih dalam rangka
mendapatkan dukungan sebesar-besarnya, dengan menawarkan visi, misi dan program
pasangan calon secara lisan atau tertulis dalam bentuk dan jadwal waktu yang
telah ditetapkan.
Kampanye berusaha untuk mendorong para pemberi suara menuju ke tempat
pemilihan untuk memberikan suara kepada sang calon. Untuk meraih sebanyak
mungkin pemilih, kandidat perlu melakukan smart
campaign atau setidaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Model kampanye terbaik adalah sepanjang usia.
Asumsinya adalah menjadi orang baik, sehingga orang tersebut akan dipercaya
ketika membutuhkan dukungan.
2.
Kampanye terbaik adalah mengemukakan citra sosial
dan figur diri di depan publik. Dengan demikian publik akan mengerti karakter
orang tersebut dan jika perlu sampai sedetil-detilnya (emotional feelings candidate image)
3.
Praktik kampanye terbaik adalah jika melalui inducement atau bujukan yang dapat
ditempuh dengan menyampaikan gagasan dari orang ke orang atau dari rumah ke
rumah. Cara ini harus diimbangi dengan penguatan strategi serta rasionalisasi.
1.3.3.
Strategi Kampanye Dalam Pilkada
Kampanye adalah bagian yang inheren dari kegiatan pemilu dan pilkada
langsung. Karena itu kampanye harus direncanakan, dibuat, strategi dan teknik
baik yang menyangkut materi kampanye maupun model kampanye.
Dalam kamus politik, strategi diartikan sebagai ilmu dan seni yang
menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan terutama
dalam hal perang dan damai.
Strategi
dalam menghadapi pemilihan kepala daerah merupakan perencanaan yang cermat yang
disusun dan dilaksanakan oleh tim kampanye yang memiliki tujuan mencapai
kemenangan atas sasaran yang ditentukan dalam pilkada. Sasaran merupakan apa
yang ingin dicapai oleh kandidat dan tim kampanye dalam hal ini adalah target
dukungan pemilihan yang diwujudkan dalam pemberian suara kepada kandidat
tersebut. Ruang lingkup pembahasan strategi tak sebatas pada tatanan konsep
atau rencana, namun yang terpenting adalah bagaimana kandidat dan tim kampanye
tersebut mengimplementasikannya di lapangan.
1.3.4.
Iklan Politik Sebagai Bagian Dari Strategi
Kampanye
Otto
Klepper dalam bukunya Advertising Procedure, seperti yang dikutip oleh
Rendra, iklan atau advertinsing berasal dari bahasa latin yaitu ad-vere
yang berarti mengoperkan pikiran dan gagasan kepada pihak lain.
Tidak jauh
beda dengan yang disampaikan oleh Wright seperti yang dikutip oleh Rendra yang
menyampaikan bahwa iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai
kekuatan sangat penting sebagai alat pemasaran yang membantu menjual barang,
memberikan layanan, serta gagasan atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam
bentuk informasi yang persuasif.
Iklan politik mempunyai fungsi yaitu pertama
untuk membujuk dan meyakinkan kalangan masyarakat untuk menentukan pilihan
politiknya. Kedua untuk melakukan
identifikasi atau pembedaan antara kandidat yang satu dengan kandidat yang
lain. Ketiga untuk memberikan
informasi mengenai apa yang disebut dengan visi (pandangan ideologis yang
dijadikan sebagai acuan dalam bertindak), misi (tindakan atau praktik untuk
menggunakan sumber daya kekuasaan), serta berbagai program (konsep-konsep
politik yang dioperasionalisasikan sehingga dapat diukur secara matematis)
Budi Setiyono mengutip pendapat Miranty Abidin yang mengatakan bahwa
iklan politik sangat berpengaruh untuk meraih suara pemilih. Keberhasilannya
tentu tidak hanya ditentukan oleh iklan politik.Bantuan media partai juga
menentukan sebagai sosialisasi dan kampanye partai politik. Dukungan koran
partai politik memang tidak berbanding lurus terhadap hasil sosialisasi bagi
setiap partai politik, tapi bagi partai-partai besar bisa dikategorikan sangat
terbantu oleh koran partai politiknya, selain faktor iklan dan berita-berita
televisi dan media cetak serta majalah umum.
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1.
Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan tipe penelitian deskriptif analitis yang bertujuan
untuk menggambarkan gejala atau kenyataan yang ada sehingga data yang
disimpulkan dalam penelitian akan dijelaskan dengan metode kualitatif.
Metode penelitian yang dipilih adalah studi kasus. Studi kasus merupakan
penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu
organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Namun jika ditinjau dari sifat
penelitian, penelitian kasus lebih mendalam.
2.2.
Sumber Data
2.2.1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui sumbernya (tanya jawab
atau wawancara) dengan pihak-pihak yang terkait dengan masalah-masalah dalam
penelitian.
Penulis menentukan key person
terlebih dahulu, kemudian untuk memperluas informasi sampel berikutnya dipilih
dengan menggunakan teknik Bola Salju (Snow
Ball).
Untuk memperoleh kelengkapan data dan informasi, maka penulis juga
menggali informasi dari pihak-pihak di luar unit analisis yang secara tidak
langsung masih berhubungan dengan masalah penelitian.
2.2.2. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek penelitian. Data
ini diperoleh melalui studi pustaka seperti artikel-artikel, dokumen, media
massa dan data-data terkait lainnya.
2.3.
Populasi
Populasi merupakan keseluruhan unit yang dijadikan sebagai obyek
analisis. Populasi dalam penelitian ini adalah tim kampanye Pasangan Calon
Gubernur dan Calon Wakil Gubernur peserta Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008.
2.4.
Tehnik Pengumpulan Data
2.4.1. Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data dengan bertanya langsung kepada informan
dengan berpedoman pada daftar pertanyaan (interview
guide). Peneliti berperan mengkomunikasikan pertanyaan-pertanyaan inti
sebagaimana tertera dalam inverview guide
sehingga informan dapat memahami pertanyaan tersebut. Dalam wawancara mendalam
ini dimungkinkan penulis dapat menggali lebih jauh jawaban informan dengan
pertanyaan-pertanyaan baru yang merupakan pengembangan dari pertanyaan inti
yang ada di dalam interview guide.
Wawancara dilakukan secara mendalam kepada informan (key person) anggota Tim Kampanye
pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur peserta Pemilihan Gubernur
Jateng 2008.
2.4.2. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan secara sistematis terhadap gejala-gejala sosial yang relevan dengan
obyek penelitian. Penulis menggunakan observasi non partisan, yakni peneliti
tidak secara penuh mengambil bagian dari kehidupan yang diteliti. Penulis hanya
mengadakan pengamatan dan pencatatan terhadap sikap, pendapat, pengetahuan,
pemahaman, kegiatan dan hal-hal lain yang sekiranya dapat mendukung penelitian.
2.4.3. Studi Pustaka
Suatu teknik pengumpulan data dengan mengamati dan mempelajari data-data
obyek penelitian dari buku-buku literatur, artikel-artikel, serta dari
sumber-sumber lain yang berkaitan dengan permasalahan penelitian tersebut.
2.5.
Tehnik Analisa Data
Dalam analisa kualitatif, terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi
bersamaan:
a.
Menelaah sumber data, yang dimulai dengan
keseluruhan data yang tersedia dari hasil wawancara, observasi, studi pustaka
maupun sumber lain.
b.
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan hasil penelitian di lapangan. Melalu
kegiatan ini, maka peneliti dapat menggolongkan, mengarahkan dan mengorganisasi
data sehingga dapat ditarik kesimpulan akhir.
c. Menarik
kesimpulan atau verifikasi, merupakan langkah terakhir dari kegiatan analisis
kualitatif. Penerapan
kesimpulan ini tergantung pada besarnya kumpulan catatan di lapangan.
BAB III
PEMBAHASAN
Kampanye
Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008
Sebelum memasuki
tahap pemilihan, para calon gubernur dan calon wakil gubernur akan dihadapkan
pada masa kampanye. Dalam masa kampanye ini, para calon gubernur dan calon
wakil gubernur akan berlomba-lomba untuk mempromosikan dirinya dengan tujuan
agar mendapatkan suara dalam pemungutan suara nanti.
KPU Jawa Tengah
menetapkan waktu kampanye bagi lima pasangan calon selama 14 ( empat belas )
hari sesuai ketentuan, terhitung sejak tanggal 5 Juni sampai dengan tanggal 18 Juni
2008. Hari pertama kampanye tanggal 5 Juni 2008 diisi dengan penyampaian visi
dan misi lima pasangan calon gubernur dan wakil gubernur di Sidang Paripurna
DPRD Jawa Tengah.
Dalam masa
kampanye ini muncul fenomena pembentukan tim kampanye Pilgub yang bertujuan
untuk mendukung dan memenangkan pasangan calon gubernur dan calon wakil
gubernur. Di Jateng, Pilgub 2008 diikuti oleh lima pasangan calon dan
masing-masing pasangan mempunyai tim kampanye.
Tim kampanye
merupakan organisasi yang dibentuk untuk menyusun dan menjalankan strategi
dalam rangka pemenangan pasangan calon. Tim kampanye bertujuan untuk membantu
penyelenggaraan kampanye, yang tujuan akhirnya akan bermuara pada kesuksesan
bagi pemenangan pasangan calon.
Dalam Pemilihan
Gubernur Jawa Tengah 2008 dalam kampanye tidak ada kesan hura-hura dari
masing-masing tim kampanye pasangan calon.
Pada umumnya mereka lebih suka berkampanye dialogis dalam forum terbatas
dan dengan mendatangi berbagai kelompok masyarakat, antara lain dengan cara
berkunjung ke pasar-pasar, berdialog dengan petani, nelayan, buruh, pedagang
dan kelompok masyarakat lainnya.
Kampanye dengan
melakukan pendekatan langsung ke masyarakat lebih merefleksikan kepedulian
calon pemimpin Jawa Tengah terutama untuk menyerap kebutuhan warga masyarakat
yang akan mereka pimpin lima tahun mendatang.
Selama massa
kampanye, mobilisasi massa tidak lagi menjadi pilihan para tim kampanye, karena
dianggap kurang efektif. Sekretaris Tim Gabungan Bambang – Adnan, M. Fadholi
pada awalnya berkeinginan mengadakan kampanye pengerahan massa, namun hal ini
tidak sepenuhnya dilakukan. Mereka lebih memilih untuk menggelar kampanye model
rapat terbatas untuk menyampaikan visi dan misi terarah sehingga masyarakat
bisa mengetahui program kerja dari pasangan Bambang – Adnan.
Sama halnya dengan
Tim Sukses Pasangan Sukawi – Sudharto yang lebih mementingkan program yang
langsung menyentuh masyarakat. Misalnya melalui bakti sosial atau pertemuan –
pertemuan intensif. Kendati demikian
mereka tetap menyiapkan tokoh berskala nasional untuk memperoleh suara
sebanyak-banyaknya.
Kesadaran untuk
tidak menggunakan pengerahan massa juga dilakukan oleh Tim Sukses Pasangan
Tamzil – Rozaq. Tim mereka berjanji selama kampanye tidak akan menggunakan
metode pengumpulan massa dalam jumlah besar, tetapi justru mengintensifkan
kegiatan dengan mendatangi kanton-kantong pemilih. Di sisi lain, untuk membidik
pemula, pihaknya akan menggunakan metode tatap muka dengan kalangan kampus dan
berdialog dengan siswa yang memiliki hak pilih.
Iklan Politik
Dalam Kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008
Saat masa kampanye
berlangsung, para kandidat mulai mengiklankan diri. Wajah mereka seringkali
muncul dalam sejumlah iklan politik yang ditayangkan di televisi dan media
cetak, juga di media luar ruang (outdoor).
Spanduk, billboard dan baliho besar
di pinggir-pinggir jalan dan tempat-tempat umum terbuka lainnya di sejumlah
kota berisikan wajah mereka.
Pada dasarnya,
beriklan politik merupakan langkah awal para kandidat untuk mengenalkan diri
mereka kepada masyarakat luas dengan cara yang efektif dan efisien. Tujuan utama dari iklan-iklan politik
tersebut tentu saja untuk merebut hati dan simpati para calon pemilih.
Diharapkan suara pemilih akhirnya diberikan kepada kandidat yang bersangkutan.
Seperti yang kita
ketahui, ada bermacam-macam jenis media iklan yang dapat digunakan. Hampir
semua jenis media iklan yang ada, seperti stiker, spanduk, baliho dan iklan di
media massa, digunakan oleh semua kandidat.
Dari hasil
pengamatan peneliti, pasangan Bambang – Adnan lebih sering menggunakan koran
sebagai media iklan politik mereka. Di harian Suara Merdeka hampir setiap hari
kita dapat menikmati iklan testimony
( di halaman terakhir ) yang ditujukan untuk Bambang Sadono. Iklan – iklan testimony tersebut dipasang oleh para pimpinan dan fungsionaris
Partai Golkar. Selain itu, pasangan ini juga gencar beriklan lewat
baliho-baliho yang terpasang di beberapa jalan di kota Semarang.
Sementara
itu pasangan Agus – Kholiq, dari hasil pengamatan peneliti, pasangan ini hampir tidak pernah
menggunakan iklan sebagai salah satu bentuk kampanye. Peneliti jarang sekali
menemukan iklan kampanye pasangan ini baik di media cetak maupun di ruang
publik. Kalaupun ada, iklan tersebut sangatlah sedikit, sangat jauh berbeda
dengan pasangan Bambang – Adnan. Peneliti hanya menemukan iklan dalam bentuk
stiker di beberapa tempat.
Berbeda
dengan pasangan Sukawi – Sudharto, walaupun tidak segencar pasangan Bambang –
Adnan, pasangan ini termasuk pasangan yang giat menggunakan iklan sebagai media
kampanye. Pasangan ini memilih untuk menggunakan advertorial sebagai media iklan politik mereka. Dengan advertorial mereka dapat menyampaikan
pesan yang diinginkan dengan lebih jelas dan berisi.
Sementara
itu pasangan Bibit – Rustri lebih memanfaatkan koran sebagai media iklan
politik mereka walaupun tidak sesering yang dilakukan oleh pasangan Bambang –
Adnan. Walaupun tidak segencar yang dilakukan pasangan Bambang – Adnan,
pasangan ini juga memanfaatkan ruang publik sebagai salah satu media iklan politik
mereka yaitu dengan memasang spanduk dan stiker di beberapa tempat.
Hampir sama dengan pasangan Agus – Kholiq,
pasangan dengan nomor urut lima, pasangan Tamzil – Rozaq juga terlihat sangat
jarang menggunakan iklan sebagai media kampanye. Kalaupun ada, jumlahnya
sangatlah minim. Dari hasil penelitian penulis, pasangan ini hanya menggunakan
stiker, spanduk dan iklan di koran, dengan jumlah yang sangat minim. Walaupun
Tamzil cukup dikenal dengan jabatan Bupati Kudusnya, dengan minimnya publikasi,
pasangan yang bersangkutan tidak akan dikenal oleh masyarakat luas, mengingat
pemilihan Gubernur ini mempunyai cakupan yang lebih luas yaitu Jawa Tengah.
Analisis Iklan
Politik Dalam Kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008
Masa kampanye mulai
berlangsung. Jalan – jalan mulai dipenuhi dengan iklan-iklan para kandidat.
Begitu pula di media massa, juga dipenuhi dengan iklan-iklan politik para
kandidat.
Bambang – Adnan
dalam iklannya di harian Suara Merdeka tanggal 18 Juni 2008 memohon doa restu
untuk membangun Jawa Tengah (Gambar 1). Dalam iklan tersebut tentu saja
terdapat ajakan untuk mencoblos nomor urut 1. Disertai dengan janji – janji
memberikan bantuan modal kerja tanpa agunan, bantuan pendidikan dan bantuan
kesehatan, pasangan ini mencoba untuk menarik perhatian masyarakat. Selain itu
juga terdapat 3 (tiga) testimony dari Hj. Choiriyah Muhoyyar seorang Tokoh
Muslimat NU, artis Nurul Arifin yang juga seorang kader Partai Golkar dan Jujuk
Srimulat. Ketiga testimony ini pada
intinya sama yaitu mengajak para masyarakat untuk mendukung pasangan Bambang –
Adnan.
Iklan pasangan Agus
– Kholiq di harian Suara Merdeka tanggal 18 Juni 2008 sangat sederhana, dengan
menampilkan foto mereka disertai tanda untuk mencoblos nomor urut 2. ( Gambar 2 ) Dalam iklan tersebut tertulis
“ Dudu Ndara, Bakale Tansah Ngawula ”.
Pada
tanggal yang sama di harian Suara Merdeka, pasangan Sukawi – Sudharto memilih advertorial. Headline advertorial
tersebut berbunyi “ Sukawi – Sudharto : Pendidikan Kunci Kebangkitan “.
Pasangan tersebut akan memulai kebangkitan Jawa Tengah dari dunia pendidikan,
sebuah cita – cita yang sudah dan akan terus diperjuangkan oleh pasangan Sukawi
– Sudharto.
Dalam
advertorial, pasangan Sukawi –
Sudharto digambar sebagai pasangan yang sangat peduli terhadap pendidikan.
Sukawi – Sudharto merupakan pasangan paling ideal bagi dunia pendidikan. Sukawi
yang pada tahun 2008 berhasil membawa Kota Semarang menjadi kota yang
memberikan pendidikan gratis pada masyarakatnya sangat tepat dipasangkan dengan
Sudharto, seorang tokoh pejuang pendidikan sejati, yang selalu terlibat baik
dalam perumusan kebijakan tingkat nasional maupun dalam implementasinya di
lapangan.
Pada
tanggal yang sama, harian Suara Merdeka juga memuat iklan pasangan
Sukawi-Sudharto. Dalam iklan tersebut, Sukawi memanfaatkan jabatannya sebagai
Ketua Umum Pengda PSSI Jawa Tengah. ( Gambar 3 ) Iklan ini diharapkan mampu
meraih dukungan suara dari para pecinta olah raga sepak bola di Jawa Tengah
pada umumnya dan di Kota Semarang pada khususnya, mengingat Sukawi Sutarip juga
pernah menjadi petinggi di Tim Sepak Bola Kota Semarang, PSIS.
Sementara
itu pasangan Bibit – Rustri tidak mau kalah dengan iklan berukuran satu halaman
koran yang dipasang di harian Suara Merdeka tanggal 18 Juni 2008. Selain
menampilkan foto pasangan calon, iklan tersebut menampilkan foto Ketua Umum
Megawati, yang dalam iklannya ditampilkan sedang melambaikan tangan. Dalam iklan tersebut juga menampilkan foto
Presiden Pertama RI Sukarno. (Gambar 4). Iklan tersebut terdapat puisi yang
berjudul “ Jadilah Pemenang Demokrasi ”dan di akhir puisi tersebut terdapat
tulisan berbunyi “Hanya Ada Satu Kata,Coblos Nomor 4”.
Lain dengan
pasangan Tamzil – Rozaq yang memasang iklan politik yang berukuran jauh lebih
kecil jika dibandingkan dengan iklan Bibit – Rustri. Iklan tersebut dipasang
dengan menampilkan foto Ketua Fraksi PPP DPRD Jateng Masruhan Samsuri. ( Gambar
5 ). Iklan tersebut dikemas cukup sederhana. Iklan yang mempunyai background gambar Ka’bah, yang merupakan
simbol dari PPP, memuat foto pasangan
calon dan tulisan yang berbunyi “ Mugi – mugi Gusti Allah Ngijabani ”. Pada
intinya, pesan yang disampaikan oleh kelima pasang kandidat tersebut adalah
sama yaitu ajakan untuk mencoblos nomor urut pasangan yang bersangkutan.
Selain
memasang iklan politik di koran, para pasangan calon gubernur dan wakil
gubernur juga memasang iklan politik di ruang publik dalam bentuk stiker,
spanduk, dan baliho. Iklan ruang luar digunakan karena lebih mencolok dan
gampang dilihat oleh banyak orang.
Baliho –
baliho tersebut dipasang di jalan kota yang strategis. Di Jembatan Banjir Kanal
Barat, baliho Bambang – Adnan terpasang bersebelahan dengan baliho Sukawi –
Sudharto, dengan ukuran yang sama besarnya. Di seberang baliho tersebut, dari
arah yang berlawanan, juga terpaksa baliho yang sama milik Bambang – Adnan.
Baliho tersebut bersebelahan dengan spanduk Bibit – Rustri yang terlihat jauh
lebih kecil.
Indikasi
Black Propaganda
Dalam Pilgub Jateng
2008 ini ada juga cara berkampanye yang tak kasat mata tapi bisa dipastikan menguntungkan
salah satu kandidat yaitu upaya saling menjatuhkan antarkandidat berupa
propaganda hitam dan pembunuhan karakter. Di beberapa daerah belakangan ini
telah bermunculan black propaganda
atau kampanye hitam ( black campaign
), baik melalui selebaran gelap, layanan singkat (SMS), dan berbagai diskusi
dalam komunitas tertentu untuk menjatuhkan dan menyudutkan pasangan cagub /
cawagub .
Seperti yang
diberitakan di Koran Wawasan tanggal 17 Mei 2008. kasus black propaganda pada Pemilihan Gubernur Jawa Tengah ini menimpa
calon gubernur Bibit Waluyo melalui stiker yang bertuliskan “ Jawa Tengah
Menolak Dinomorduakan. Bibit Waluyo Tidak Laku di Jakarta Ngoyo Jabatan di Jawa
Tengah. Sori Wae Yoo..” yang
terpasang di sepanjang ruas jalan di Purbalingga. Selain itu di Sukoharjo juga terdapat black propaganda yang juga menyerang
calon gubernur Bibit Waluyo. Di Sukoharjo ditemukan selebaran berupa stiker
bertuliskan “ Tolak BBM” dan di sisi kanan terdapat foto Bibit Waluyo diberi
tanda silang warna merah. Black propaganda
ini juga menimpa pasangan Agus – Kholiq. Kampanye yang menyudutkan mereka
adalah adanya pernyataan bahwa pasangan Agus – Kholiq sudah mengibarkan handuk
putih pertanda menyerah pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah.
Menyikapi maraknya
indikasi black propaganda ini,
masing-masing tim kampanye mempunyai pandangan yang hampir sama yaitu
menganggap black propaganda merupakan
salah satu strategi kampanye untuk mendapatkan dukungan suara dengan cara
menjatuhkan lawan.
Pengaruh
Iklan Politik Terhadap Perilaku Pemilih
Bagi partai
politik dan kandidat politik, periklanan dapat mempengaruhi dan menjaring
pemilih. Sementara pemilih berharap bisa mendapatkan informasi yang akan
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih.
Masing-masing
kandidat benar-benar memanfaatkan kekuatan untuk memasang iklan politik.
Kandidat tidak hanya menggunakan iklan di media massa tetapi sampai kepada
media luar ruang, yakni spanduk, poster, baliho dan masih banyak bentuk yang
lain.
Pengaruh iklan
dalam kehidupan politik sangatlah besar. Iklan mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi opini publik dan perilaku
masyarakat. Hal ini menjadi sangat penting dalam kampanye partai politik.
Cakupan yang luas dalam masyarakat membuat iklan dianggap sebagai salah satu cara
yang efektif dalam mengkomunikasikan program kerja, pesan politik, pembentukan
image partai atau individu.
Untuk menjadi seorang pemimpin memang tidak hanya cukup bermodalkan
popularitas semata. Jika hanya melalui iklan, masyarakat tidak dapat menilai kompetensi dan
integritas seseorang. Masyarakat hanya dijejali kelebihan-kelebihannya semata.
Dengan cara demikian, memang popularitasnya naik. Akan tetapi, persoalannya,
untuk menjadi pemimpin tidak cukup bermodalkan popularitas. Dia harus memiliki
pengalaman dan terbukti teruji.
Iklan politik hanya memberikan sedikit pengaruh bagi pemilih dalam
menentukan pilihannya. Bisa jadi iklan politik hanyalah “pemanis” , karena yang
ditampilkan hanyalah sisi baik para kandidat.
Seperti yang disampaikan oleh Widodo Muktiyo, iklan politik hanya sebatas
memperkenalkan para kandidat kepada masyarakat, belum tentu membuat masyarakat
untuk menjatuhkan pilihannya kepada kandidat yang bersangkutan.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Suara yang
diraih dalam pemilihan kepala daerah merupakan hasil konkret dari keseluruhan
kerja politik termasuk komunikasi politik. Strategi komunikasi politik pada
pilkada langsung bisa dikatakan sebagai strategi pemenangan kandidat. Strategi
ini bertujuan untuk mempengaruhi opini publik sehingga dapat mendukung
perolehan suara.
Salah satu
strategi yang digunakan adalah kampanye melalui iklan Penggunaan media iklan
perlu dipilih dengan cermat untuk menyesuaikan dengan kondisi dan situasi
khalayak. Dalam komunikasi politik, seluruh media dapat digunakan karena
tujuannya adalah membentuk dan membina pendapat umum, serta mempengaruhi
pemberi suara dalam pemilihan kepala daerah.
Iklan
politik merupakan salah strategi kampanye yang efektif apabila dibandingan
dengan turun langsung ke daerah-daerah. Iklan memberikan keleluasaan bagi
kandidat untuk menunjukkan diri dan berbagai program serta visi misi secara
detail. Selain itu iklan juga dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Dalam
pembuatan iklan politik tersebut diperlukan strategi khusus agar iklan – iklan
tersebut tepat sasaran. Biasanya tim kampanye masing-masing kandidat bekerja
sama dengan pihak professional dalam pembuatan iklan politik.
Dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar isi iklan politik masing
– masing kandidat adalah sama yaitu ajakan untuk memilih .
Selain itu
juga harus diperhatikan mengenai frekuensi pemasangan iklan – iklan politik
tersebut. Frekuensi pemasangan iklan politik media cetak yang dilakukan oleh
masing – masing tim kampanye tentunya berbeda. Ada pasangan yang sangat gencar
memasang iklan politik dan ada pula pasangan yang hampir tidak pernah memasang
iklan politik. Hal ini disesuaikan
dengan dana yang dimiliki oleh masing – masing kandidat.
Dalam
Pilgub Jateng 2008 ini juga ditemukan adanya indikasi black propagamda atau kampanye hitam. Beberapa narasumber
memberikan pendapat bahwa kampanye hitam ini juga merupakan salah satu strategi
kampanye untuk memperoleh suara walaupun sedikit.
Saran
a. Tim kampanye sebagai bagian dari tim
pemenangan hendaknya berhati – hati dalam membuat jargon kampanye, slogan
ataupun bentuk media lainnya untuk maksud persuasive, sehingga jangan sampai
media tersebut menjadi boomerang yang merugikan.
b. Tim kampanye harus belajar menggunakan
kekuatan industri media bagi kampanye politik sehingga hasil atau tujuan
komunikasi politik yang diharapkan akan lebih efektif, mengingat media juga
sebagai komunikator politik dan sifatnya yang tidak pasif.
c. Perencanaan kampanye melalui media
hendaknya disusun berdasarkan analisa internal dan eksternal, sehingga
diperoleh rumusan perencanaan yang komprehensif dan dapat diaplikasikan dengan
baik.
d. Kampanye yang baik tidak harus
menghabiskan biaya yang besar, tetapi yang dapat mengalokasikan sumber daya
yang tersedia secara efektif untuk menghasilkan hasil yang optimal.
e.
Penggunaan media yang
berlebihan dapat menjadi boomerang yang merugikan bagi kandidat yang
bersangkutan. Penggunaan media tidak harus berlebihan, tetapi yang benar –
benar efektif dan efisien.
f. Dalam hal pemasangan iklan politik di luar
ruang, hendaknya untuk memperhatikan nilai estetika lingkungan. Jangan sampai
merusak keindahan lingkungan.
g. Untuk pemilihan kepala daerah masa
mendatang, hendaknya para kandidat melakukan kampanye dengan cara yang sehat,
bersih dan sportif.
DAFTAR PUSTAKA
Buku - buku
Agustino, Leo, 2005, Politik dan
Otonomi Daerah, Untirta Press : Jakarta
Arikunto,
2003, MetodologiPenelitian Kualitatif,
Pustaka Pelajar : Yogya
Diamond, Larry,
2003, Developing Democracy Toward
Consolidation, IRE Press : Yogyakarta
Firmanzah, 2007,
Marketing Politik : Antara Pemahaman dan
Realitas, Yayasan Obor Indonesia
: Jakarta
Homby, AS, 2000, Oxford Advance Learner’s Dictionary,
Oxford University Press : New York
Ibrahim, Herman
dan Faisal Siagian, 1999, Kampanye Tanpa
Kekerasan, Penerbit Biro Humas Depdagri : Jakarta
Katzenbach, Jon
R. dan Douglas K. Smith, 1997, The Wisdom
of Team (Kemampuan Tim), Profesional Books : Jakarta
Lukmantoro,
Triyono, Politik Representasi dan
Rekayasa Citra dalam Arena Pilkada, dalam Seminar Internasional Dinamika Politik lokal di Indonesia:Etika,
Politik dan Demokrasi, 2-5 Agustus 2005, Kampoeng Percik Salatiga
M.Shaw,
Chaterine, 2004, The Campaign Manager : Running and Winning Local Elections – third
edition, Westview Press
Manulang,
2004, Pedoman Teknis Menulis Skripsi,
Penerbit Andi : Yogyakarta
Mapilu PWI
Jateng, 2008, Pilgub Jateng 2008, Pijafrel Mapilu PWI : Semarang
Marbun, BN, 2003, Kamus Politik,
Pustaka Sinar Harapan : Jakarta
Moleong,
Lexy J, 2006, Metodologi Penelitian
Kualitatif edisi revisi, Remaja Rosdakarya : Bandung
Nimmo, Dan, 2004, Komunikasi
Politik-Komunikator, Pesan dan Media, Remaja Rosdakarya : Bandung
Pradhanawati, Ari, 2007, Pemilihan
Gubernur Gerbang Demokrasi Rakyat, Jalan Mata : Semarang
Rendra , Widyatama, 2007, Pengantar
Periklanan, Pustaka Book Publisher : Yogyakarta
Sardini, Nur Hidayat, 3 Juli 2005, Rasionalitas
Pilkada : Siapa Menang, Siapa Pecundang?, Suara Merdeka
Setiyono,
Budi dan RTS Masli, 2008, Iklan dan
Politik: Menjaring Suara Dalam Pemilihan Umum, AdGoal Com : Jakarta
Steinberg, Arnold, 1981, Kampanye Politik, PT.Intermasa : Jakarta
Stoner,
James AF, 1996, Manajemen, Erlangga :
Jakarta
Supono, Sapto, Peranan Pemerintah
Dalam Pilkada dan Potensi Permasalahan Pilkada, dalam Seminar Nasional Dilema-dilema Pilkada Langsung, 2005,
Puskodak Undip : Semarang,
Sutrisno, Slamet, 1983, Sedikit
Tentang Strategi Kebudayaan Nasional Indonesia, Liberty : Yogyakarta
Koran
Suara
Merdeka, “PKS Terapkan Pola 10:5:4”,
11 Mei 2008
Wawasab\n,
“Ditemukan Stiker Diskreditkan Bibit”,
17 Mei 2008
Suara
Merdeka, 14 Juni 2008
Suara
Merdeka, “Kampanye Sepi Bukan Saatnya
Bangun Fanatisme”. 16 Juni 2008
Suara
Merdeka, 18 Juni 2008
Suara
Merdeka, 1 – 22 Juni 2008
Kompas, “Gurihnya Iklan Politik”, 6 Juli 2008
Kompas, “Janji Calon : Kecap No.1 Kandidat”, 22
Juli 2008
Perundang-Undangan